ASN Merdeka Belajar, Sudahkah Kita Mengimplementasikannya?
Terkait
Menghadapi Tantangan Global Megatrend 2050, Diperlukan Cara Menyiapkan Tenaga Terampil di Masa Depan
329 Peserta Lulus SKD dan Berhak Mengikuti SKB
Pemanggilan Asesmen Pelaksana Calon Ketua Tim Kerja
678 PPPK ikuti kegiatan Orientasi Pengenalan Nilai dan Etika pada Instansi Pemerintah
BKPSMD Turut Partisipasi Bersih Pantai Sodong Dalam Rangka Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat
Aparatur Sipil Negara (ASN) saat ini tengah menghadapi tantangan pengembangan kompetensi ASN. Tantangan pertama adalah dinamika lingkungan strategis. Fenomena gen Y dan gen Z yang berkarakter tech-savvy (melek teknologi) mempengaruhi pola kerja yang dilakukan. Artificial Intelligence (AI) mulai diperkenalkan dan diterapkan dalam beberapa langkah-langkah pekerjaan sehari-hari. Tanpa disadari kita memasuki era VUCA (Volatility–Uncertainty–Complexity–Ambiguity) pun membayangi berbagai hal yang dilakukan dan menjadi sesuatu yang cukup kompleks untuk dihadapi. Tantangan kedua adalah transformasi birokrasi pemerintahan seperti delayering eselon, model kerja squad team, birokrasi digital, flexible work arrangement melalui Work From Home (WFH) maupun Work From Everywhere, dan adanya tuntutan untuk implementasi core values ASN “BerAKHLAK”. Selain kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural, ASN juga diharapkan menguasai emerging skills sebagai berikut:
- Kemampuan Kognitif: Analytical Thinking; Problem Solving; Creativity and Innovation
- Kemampuan Manajerial: Leadership; Service Orientation
- Kemampuan Psikologis – Pengelolaan Diri: Adaptability and Resilience; Emotional Intelligence; Continuous Learning
- Kemampuan Teknis Teknologi Informasi: Troubleshooting and User Experience; Technology Design and Programming; Technology Use, Monitoring, and Control; System Analysis and Evaluation
Kebutuhan belajar seorang ASN saat ini menuntut kecepatan belajar, ketepatan materi/metode, menstimulasi kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi antar-ASN. Perluasan ruang dan fleksibilitas belajar tentunya perlu dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
- Pemanfaatan sumber pembelajaran yang tersebar luas baik melalui ruang digital, lingkungan kerja, lingkungan sosial, dan pengalaman (experience)
- Peningkatan efektivitas penggunaan anggaran pembelajaran (perluasan akses maupun kesesuaian dengan kebutuhan belajar)
- Penciptaan learning and sharing culture (ASN menikmati belajar sebagai kebutuhan alamiahnya dan mau berbagi)
Melalui pemahaman yang telah dijelaskan sebelumnya, muncul konsep “ASN Merdeka Belajar” yang diperkenalkan oleh Pusat Inovasi Manajemen Pengembangan Kompetensi – Lembaga Administrasi Negara RI. Definisinya adalah ASN diberi ruang untuk menemukan kebutuhan dan cara yang paling efektif untuk belajar. Ketiga aspek ASN Merdeka Belajar antara lain:
- Target belajar yang jelas,
- Fasilitasi proses belajar, dan
- Rekognisi (pengakuan pembelajaran dalam JP melalui verifikasi).
Tujuan ASN Merdeka Belajar adalah agar ASN menikmati belajar sebagai proses yang melekat dengan pemenuhan ekspektasi pengguna layanan dan pengembangan kariernya. Penekanan model belajar dilakukan melalui personalized learning, informal learning (belajar mandiri), belajar seiring pelaksanaan pekerjaan, maupun social learning (coaching dan mentoring).
Saat ini masih banyak ASN yang menganggap bahwa belajar itu menyulitkan pekerjaan yang dilakukan karena merasa beban pekerjaannya menjadi terganggu. Mindset ini harus diperbaiki karena walaupun sudah menjadi ASN, proses belajar tidak boleh berhenti. Apalagi dalam UU Nomor 20 Tahun 2023 tentang ASN, pada pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap Pegawai ASN wajib melakukan pengembangan kompetensi melalui pembelajaran secara terus menerus agar tetap relevan dengan tuntutan organisasi”.
Belajar tidak harus melalui pelatihan klasikal yang biasanya dilakukan melalui pengiriman pelatihan. Pelatihan non klasikal seperti coaching, mentoring, belajar mandiri, e-Learning, distance learning (webinar), bimbingan di tempat kerja, dsb dapat dilakukan. Perkembangan teknologi informasi memungkinkan kita semua dapat mengakses bermacam-macam pembelajaran. Ada webinar gratis bersertifikat dan ada juga pelatihan sertifikasi yang berbayar dalam kompetensi tertentu. Bagi yang sehari-hari sudah sibuk dalam pekerjaan bisa memilih model e-Learning dalam bentuk Learning Management System (LMS), Massive Open Online Course (MOOC), atau on-demand video melalui Youtube. Banyak instansi penyelenggara yang sering menaruh video recording webinar pada kanal Youtube masing-masing sehingga yang berhalangan menghadiri webinar tetap dapat mengikuti pembelajaran.
Proses pembelajaran juga tidak hanya sekedar mengejar rekognisi, walaupun rekognisi itu tentunya juga penting. Bentuk rekognisi yang sering diincar para ASN adalah sertifikat dari pelatihan atau webinar yang nantinya akan menjadi bukti dukung dalam penilaian indeks profesionalitas yang dimiliki. Pembelajaran yang sebaiknya dilakukan harus berdampak, yakni bagaimana proses pembelajaran itu dapat menambah pengetahuan, sikap, dan perilaku ASN tersebut sehingga mengoptimalkan potensi diri serta memicu kinerja positif untuk capaian organisasi. Model gaya belajar yang akan ditempuh juga disesuaikan oleh ASN itu sendiri, dapat berupa visual, kinestetik, auditori, maupun reading-writing.
Dengan demikian, timbul pertanyaan...apakah kita masih mau menggunakan mindset lama kita dalam proses pembelajaran? atau kita mau memerdekakan diri kita dalam pembelajaran yang adaptif dan fleksibel melalui “ASN Merdeka Belajar” sehingga kita dapat menjadi ASN yang kompeten sesuai core values “BerAKHLAK”? jawabannya ada pada diri anda masing-masing.