HIJRAH : Revolusi Untuk Masa Depan
Terkait
Menghadapi Tantangan Global Megatrend 2050, Diperlukan Cara Menyiapkan Tenaga Terampil di Masa Depan
329 Peserta Lulus SKD dan Berhak Mengikuti SKB
Pemanggilan Asesmen Pelaksana Calon Ketua Tim Kerja
678 PPPK ikuti kegiatan Orientasi Pengenalan Nilai dan Etika pada Instansi Pemerintah
BKPSMD Turut Partisipasi Bersih Pantai Sodong Dalam Rangka Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat
Hijrah adalah langkah revolusioner untuk kesuksesan masa depan bagi setiap pribadi manusia maupun bangsa. Berhijrah merupakan langkah berani untuk membangun sejarah keberhasilan. Setiap waktu yang ditapaki manusia memiliki andil untuk masa depannya. Detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun dan seterusnya merupakan rangkaian episode kehidupan. Entah apa ujudnya, namun bergulirnya waktu pasti menorehkan sejarah. Sejarah keberhasilan dapat dibangun dengan semangat hijrah.
Saat ini masih boleh berhijrah? Apakah berhijrah boleh dilakukan secara individu? Memang, hijrah di sini perlu pemahaman secara kontekstual. Sebagaimana sabda Rasulullah “Seorang muhajir (yang berhijrah) adalah siapa saja yang meninggalkan segala yang dilarang Allah.” (Shahih Bukhari). Dan dalam Shahih Muslim Hadis riwayat Mujasyi' bin Mas'ud As-Sulami ia berkata: Aku datang menghadap Nabi saw untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam, jihad serta kebajikan.“
Jadi berdasarkan hadits di atas, hijrah adalah meninggalkan segala yang dilarang Allah menuju kesetiaan kepada Islam. Untuk melakukan hal ini bisa dilakukan oleh umat di jaman Nabi maupun di jaman sekarang. Siapapun orangnya boleh sendiri atau kolektif (berjamaah) dan kapanpun waktunya, hal itu berlaku sepanjang jaman.
Apabila dikaji, Perubahan peradapan yang didasarkan hijrah itu berintikan pada perubahan setiap individu dalam masyarakatnya. Di era Madinah hampir setiap tata nilai pada diri manusia saat itu berubah menjadi islami, maka tata nilai masyarakatnya menjadi berubah menjadi masyarakat yang madani. Berarti Hijrah merupakan usaha membangun semangat perjuangan untuk mempertahankan hidup dan untuk mempertahankan nilai agama yang universal. Hijrah adalah revolusi untuk menegakkan kebenaran.
Kalau kita ingin sukses, memperoleh kemenangan dan memiliki derajat yang tinggi, lakukanlah hijrah. Allah berfirman dalam QS. At Taubah: 20 “ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Berdasarkan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Orang yang berhijrah dia akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi dan itulah sebuah kemenangan. Kemenangan di sini
adalah kesuksesan yang luar biasa. Itulah hasil dari hijrah dan jihad seseorang. Orang yang hijrah, dia akan disukseskan Allah.
Janji Allah akan mensukseskan tersebut adalah sukses baik di dunia maupun di akherat. Ini terbukti bahwa Hasil (kesuksesan) dari hijrah dan jihad Nabi SAW dapat dinikmati ketika Nabi masih hidup. Nabi dapat membentuk Madinah masyarakat yang Islami, bahkan Nabi dapat menguasai Mekah tanpa peperangan. Ini adalah kesuksesan yang besar.
Kembali kepada Firman Allah QS. 9. At-Taubah: 20, ayat ini dapat dijadikan dasar hukum, bahwa kalau seseorang itu ingin sukses baik di dunia maupun di akherat, maka kuncinya adalah hijrah dan jihad (bersungguh-sungguh).
Untuk jihad bukan berarti perang saja. Dalam Firman Allah QS. 9. At-Taubah: 20:“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” . Allah sendiri yang menjelaskan terkait jalan jihad, yaitu dengan harta, benda dan diri mereka (wa anfusihim). Jihad dengan harta benda dapat berupa: membangun masjid, madrasah, tempat dakwah, alat dakwah, biaya sekolah anak, dll.
Jihad bisa juga dengan diri mereka (anfusihim). Ada yang menafsirkan wa anfusihim itu ‘dan jiwa mereka’. Jiwa bukan berarti ruh, tetapi pikiran, kemauan/motivasi. Misal kata jiwa yang bergelora, maksudnya pikiran atau kemauan yang memiliki motivasi tinggi. Seperti saat ini, jihad islam bukan dengan perang, tetapi akan lebih tepat kalau jihad itu dengan pemikiran dan harta. Dunia Islam saat ini tertinggal dibanding negara lain, karena kemajuan teknologinya tertinggal. Untuk membebaskan ketertindasan umat islam saat ini bukan dengan perang, tetapi dengan menguasai teknologi, menguasai ilmu pengetahuan. Jihad ini lebih berat dibanding dengan perang.
Revolusi Membangun Sejarah Masa Depan
Kita sekarang perlu membangun sejarah masa depan. Torehan prestasi apa yang akan kita capai di masa depan, sekarang kita perlu menulisnya. Sejarah ini bukan langkah-langkah yang terjadi di masa lalu, tetapi langkah-langkah di masa yang akan datang. Sejarah akan indah kalau ada langkah heroik. Untuk itu, langkah heroik apa yang akan kita persembahkan untuk masa depan kita dan masa depan umat Islam. Allah berfirman dalam QS. 59 Al Hsyr: 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok”. Jadi untuk hari esok sudah harus diperhatikan saat ini. Berarti saat ini harus sudah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Berarti hari ini merupakan titik yang menghubungkan masa lalu dan masa yang akan datang. Pada saat ini Allah meminta untuk memperhatikan yang telah diperbuat untuk hari esok. Seolah kita melihat catatan sejarah masa lampau kita. Tetapi penggunaannya untuk masa depan. Seolah kita diminta oleh Allah menatap sejarah masa depan. Bagi Allah masa depan merupakan hal yang utama. Masa depan harus menjadi fokus. Masa depan seolah menjadi titik tujuan yang menentukan arah langkah dari detik ke detik.
Tentu semua manusia mengharapkan masa depan yang sukses, masa depan yang gemilang, masa depan yang bahagia baik lahir maupun batin. Masa depan yang lebih jauh lagi yaitu sukses di akherat, yaitu masuk surga. Ada episode sejarah antara saat ini, masa depan, dan akherat di surga. Itulah sejarah masa depan yang harus dilalui manusia. Agar tak tersesat dalam Menapaki sejarah masa depan, Allah menyarankan agar manusia menapaki jalan Allah, firman-Nya dalam QS. 4 An-Nisa: 100. “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. .................”.
Berdasarkan ayat di atas, hijrah di jalan Allah itu memiliki jalur yang banyak. Sehingga jalan Allah itu lapang, banyak alternatif, manusia diberi kebebasan untuk memilih. Sehingga Allah melukiskan tempat hijrah yang luas. Di sana Allah telah menyediakan rezki yang banyak. Manusia hanya diberi rambu-rambu sebagai pembatas. Kalau melanggar rambu, sesungguhnya ia telah tersesat dan masuk ke wilayah yang terlarang.
Kesuksesan untuk masa depan tergantung usaha manusia. Manusia perlu mengasah kompetensinya agar berhasil. Allah berfirman dalam QS al-Ra'du [13]: 11. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ....”
Berdasarkan ayat di atas, Allah meminta agar manusia itu menyediakan jalan untuk Allah menurunkan kesusesan. Caranya dengan “merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ....”.
Sekarang maukah manusia merubah dirinya sendiri. Kalau kita kembali ke sejarah hijrah Nabi, para sahabat tahu betul bahwa hijrah Rasul ke Madinah menyiratkan harapan besar bagi berdirinya komunitas Islam yang kokoh dan kuat. Maka kendati Rasulullah SAW dikepung dan dikejar oleh pasukan kafir Quraish, namun Allah SWT memberikan janji pertolongan (QS. At-Taubah: 40).
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dimungkinkan orang yang memiliki harapan besar akan banyak tantangan. Tetapi Islam menyarankan, jalan terus. Allah akan menolong hambanya yang serius akan berhijrah dijalan Allah. Jangan berduka cita, sungguh Allah akan menolong hambanya yang berjuang di jalan-Nya.
Robahlah diri dengan jihad yang heroik. Jihad dengan harta, pikiran, keteguhan hati serius belajar. Gapailah sejarah masa depan melalui jalan Allah. Allah telah mengirimkan para malaikatnya untuk mengawal dan mensukseskannya. Untuk itu Lakukan revolusi yang berlandaskan semangat hijrah, jihad dan akhlakul karima dalam bingkai keimanan.
Saat ini masih boleh berhijrah? Apakah berhijrah boleh dilakukan secara individu? Memang, hijrah di sini perlu pemahaman secara kontekstual. Sebagaimana sabda Rasulullah “Seorang muhajir (yang berhijrah) adalah siapa saja yang meninggalkan segala yang dilarang Allah.” (Shahih Bukhari). Dan dalam Shahih Muslim Hadis riwayat Mujasyi' bin Mas'ud As-Sulami ia berkata: Aku datang menghadap Nabi saw untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam, jihad serta kebajikan.“
Jadi berdasarkan hadits di atas, hijrah adalah meninggalkan segala yang dilarang Allah menuju kesetiaan kepada Islam. Untuk melakukan hal ini bisa dilakukan oleh umat di jaman Nabi maupun di jaman sekarang. Siapapun orangnya boleh sendiri atau kolektif (berjamaah) dan kapanpun waktunya, hal itu berlaku sepanjang jaman.
Apabila dikaji, Perubahan peradapan yang didasarkan hijrah itu berintikan pada perubahan setiap individu dalam masyarakatnya. Di era Madinah hampir setiap tata nilai pada diri manusia saat itu berubah menjadi islami, maka tata nilai masyarakatnya menjadi berubah menjadi masyarakat yang madani. Berarti Hijrah merupakan usaha membangun semangat perjuangan untuk mempertahankan hidup dan untuk mempertahankan nilai agama yang universal. Hijrah adalah revolusi untuk menegakkan kebenaran.
Kalau kita ingin sukses, memperoleh kemenangan dan memiliki derajat yang tinggi, lakukanlah hijrah. Allah berfirman dalam QS. At Taubah: 20 “ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Berdasarkan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Orang yang berhijrah dia akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi dan itulah sebuah kemenangan. Kemenangan di sini
adalah kesuksesan yang luar biasa. Itulah hasil dari hijrah dan jihad seseorang. Orang yang hijrah, dia akan disukseskan Allah.
Janji Allah akan mensukseskan tersebut adalah sukses baik di dunia maupun di akherat. Ini terbukti bahwa Hasil (kesuksesan) dari hijrah dan jihad Nabi SAW dapat dinikmati ketika Nabi masih hidup. Nabi dapat membentuk Madinah masyarakat yang Islami, bahkan Nabi dapat menguasai Mekah tanpa peperangan. Ini adalah kesuksesan yang besar.
Kembali kepada Firman Allah QS. 9. At-Taubah: 20, ayat ini dapat dijadikan dasar hukum, bahwa kalau seseorang itu ingin sukses baik di dunia maupun di akherat, maka kuncinya adalah hijrah dan jihad (bersungguh-sungguh).
Untuk jihad bukan berarti perang saja. Dalam Firman Allah QS. 9. At-Taubah: 20:“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” . Allah sendiri yang menjelaskan terkait jalan jihad, yaitu dengan harta, benda dan diri mereka (wa anfusihim). Jihad dengan harta benda dapat berupa: membangun masjid, madrasah, tempat dakwah, alat dakwah, biaya sekolah anak, dll.
Jihad bisa juga dengan diri mereka (anfusihim). Ada yang menafsirkan wa anfusihim itu ‘dan jiwa mereka’. Jiwa bukan berarti ruh, tetapi pikiran, kemauan/motivasi. Misal kata jiwa yang bergelora, maksudnya pikiran atau kemauan yang memiliki motivasi tinggi. Seperti saat ini, jihad islam bukan dengan perang, tetapi akan lebih tepat kalau jihad itu dengan pemikiran dan harta. Dunia Islam saat ini tertinggal dibanding negara lain, karena kemajuan teknologinya tertinggal. Untuk membebaskan ketertindasan umat islam saat ini bukan dengan perang, tetapi dengan menguasai teknologi, menguasai ilmu pengetahuan. Jihad ini lebih berat dibanding dengan perang.
Revolusi Membangun Sejarah Masa Depan
Kita sekarang perlu membangun sejarah masa depan. Torehan prestasi apa yang akan kita capai di masa depan, sekarang kita perlu menulisnya. Sejarah ini bukan langkah-langkah yang terjadi di masa lalu, tetapi langkah-langkah di masa yang akan datang. Sejarah akan indah kalau ada langkah heroik. Untuk itu, langkah heroik apa yang akan kita persembahkan untuk masa depan kita dan masa depan umat Islam. Allah berfirman dalam QS. 59 Al Hsyr: 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok”. Jadi untuk hari esok sudah harus diperhatikan saat ini. Berarti saat ini harus sudah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Berarti hari ini merupakan titik yang menghubungkan masa lalu dan masa yang akan datang. Pada saat ini Allah meminta untuk memperhatikan yang telah diperbuat untuk hari esok. Seolah kita melihat catatan sejarah masa lampau kita. Tetapi penggunaannya untuk masa depan. Seolah kita diminta oleh Allah menatap sejarah masa depan. Bagi Allah masa depan merupakan hal yang utama. Masa depan harus menjadi fokus. Masa depan seolah menjadi titik tujuan yang menentukan arah langkah dari detik ke detik.
Tentu semua manusia mengharapkan masa depan yang sukses, masa depan yang gemilang, masa depan yang bahagia baik lahir maupun batin. Masa depan yang lebih jauh lagi yaitu sukses di akherat, yaitu masuk surga. Ada episode sejarah antara saat ini, masa depan, dan akherat di surga. Itulah sejarah masa depan yang harus dilalui manusia. Agar tak tersesat dalam Menapaki sejarah masa depan, Allah menyarankan agar manusia menapaki jalan Allah, firman-Nya dalam QS. 4 An-Nisa: 100. “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. .................”.
Berdasarkan ayat di atas, hijrah di jalan Allah itu memiliki jalur yang banyak. Sehingga jalan Allah itu lapang, banyak alternatif, manusia diberi kebebasan untuk memilih. Sehingga Allah melukiskan tempat hijrah yang luas. Di sana Allah telah menyediakan rezki yang banyak. Manusia hanya diberi rambu-rambu sebagai pembatas. Kalau melanggar rambu, sesungguhnya ia telah tersesat dan masuk ke wilayah yang terlarang.
Kesuksesan untuk masa depan tergantung usaha manusia. Manusia perlu mengasah kompetensinya agar berhasil. Allah berfirman dalam QS al-Ra'du [13]: 11. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ....”
Berdasarkan ayat di atas, Allah meminta agar manusia itu menyediakan jalan untuk Allah menurunkan kesusesan. Caranya dengan “merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ....”.
Sekarang maukah manusia merubah dirinya sendiri. Kalau kita kembali ke sejarah hijrah Nabi, para sahabat tahu betul bahwa hijrah Rasul ke Madinah menyiratkan harapan besar bagi berdirinya komunitas Islam yang kokoh dan kuat. Maka kendati Rasulullah SAW dikepung dan dikejar oleh pasukan kafir Quraish, namun Allah SWT memberikan janji pertolongan (QS. At-Taubah: 40).
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dimungkinkan orang yang memiliki harapan besar akan banyak tantangan. Tetapi Islam menyarankan, jalan terus. Allah akan menolong hambanya yang serius akan berhijrah dijalan Allah. Jangan berduka cita, sungguh Allah akan menolong hambanya yang berjuang di jalan-Nya.
Robahlah diri dengan jihad yang heroik. Jihad dengan harta, pikiran, keteguhan hati serius belajar. Gapailah sejarah masa depan melalui jalan Allah. Allah telah mengirimkan para malaikatnya untuk mengawal dan mensukseskannya. Untuk itu Lakukan revolusi yang berlandaskan semangat hijrah, jihad dan akhlakul karima dalam bingkai keimanan.